Rabu, 17 Desember 2008

CINTa = Love

Ungkapan Cinta "Muslimah Cyber Jihadist” PDF Print E-mail
Thursday, 18 December 2008 10:03

Barat menyebutnya sebagai “legenda hidup Al-Qaidah". Aparat keamanan menyebutnya wanita berbahaya. Satu kesalahannya, terlalu “cinta” pada Usamah

Hidayatullah.com--Ia bukan Usamah bin Ladin dan bukan pula wakilnya, Syeikh Ayman al-Zawahri. Muslimah yang oleh Barat dijukuki dengan “Legenda hidup al-Qaidah” ini adalah seorang perempuan 48 tahun bernama Malika el-Aroud.

Ia adalah janda Abdessater Abd al-Sattar, eksekutor pemimpin Aliansi Utara anti Taliban, Ahmad Shah Massoud, tokoh yang dikenal memerang pejuang Taliban dan sering dijuluki ‘the Lion of Panshir.”

Menurut media Barat, Abdessater Dahmane dikirim Usamah dalam misi maut, tanggal 9 September 2001, dua hari sebelum "Tragedi World Trade Center". Abdessater dan seorang rekan melakukan serangan dan menewaskan Shah Massoud.

Entah alasan apa yang membuat aparat keamanan Belgia menjuluki Malika legenda jaringan “teroris” . Pasalnya, baik Usamah maupun Ayman belum pernah menyebut-nyebut nama Malika.

Kamis (11/12) minggu lalu, jaksa Belgia menuduhnya telah merencanakan serangkaian serangan sebelum dimulainya konferensi tingkat tinggi (KTT) Uni Eropa di Brussels.

"Lima pria dan seorang wanita telah didakwa sebagai anggota organisasi teroris dan telah dijebloskan di tahanan," kata Lieve Pellens, jurubicara kejaksaan Belgia kepada AFP.

Malika bukanlah pelaksana serangan. Tapi aparat menuduhnya sebagai aktor intelektual yang lihai memotivasi orang untuk melakukan aksi nekad. Sepele saja, Malika dikenal sebagai “pejuang” jihad cyber (internet). Melalui tulisan-tulisannya di internet, ia kerap mengajak banyak orang “memerangi” Barat yang telah memerangi Islam.

Seorang wartawan The New York Time, AS, Elaine Sciolino dan Souad Mekhennet, mengutip, Malika menulis di dunia cyber di bawah nama Oum Obeyda. ”El Aroud telah mentransformasikan dirinya menjadi salah satu ‘muhajid internet’ paling menonjol di Eropa," ujarnya. Malika, dianggap telah banyak mengajak pria dan wanita bergabung memerangi Barat. Dalam sebuah wawancara kepada wartawan Malika pernah mengatakan, "Saya memiliki senjata. Saya suka menulis. Ini untuk berbicara. Demikian sambutan jihad. Anda dapat melakukan banyak hal dengan kata-kata. Menulis juga sebuah bom,” katanya.

Dia adalah salah satu muslimah paling dikenal kalangan intelijen di seluruh Eropa akibat seruan-seruannya melawan Barat via internet.

"Dia benar-benar aktif sebagai pejuang Jihad yang memberi motivasi," kata Claude Moniquet, pengamat dari European Strategic Intelligence and Security Center dikutip Associated Press (AP). Menurut Moniquet, Malika rajin menulis pesan dan ajakan dalam bahasa Perancis di internet mengenai perjuangan melawan kaum Barat.

Sayangnya tak jelas, mengapa aparat berkesimpulan bahwa muslimah bernama samaran Oum Obeyda, itu dituduh merancang serangan "dengan sasaran suatu tempat di Eropa dan di Belgia.

"Dialah yang tiga pekan lalu mengirim pesan lewat internet. Dia sangat berbahaya," kata Moniquet.

Padahal, yang selama ini ia lakukan hanya sebuah seruan via internet. Sama banyaknya dengan seruan orang-orang Barat yang mengajak memusuhi Islam di dunia maya.

“Cinta” Usamah

Koresponden televisi CNN bertemu dengan Malika Februari lalu di kota kecil di Swiss bernama Guin. Ia tinggal dengan suami barunya, Moez Garsalloui, seorang Tunisia. Malika adalah tipikal perempuan yang langsung mengatakan apa yang ada di pikirannya.

Malika adalah orang yang sangat percaya pesan jihad Usamah. Bersama dengan Moez, ia mengelola sebuah situs untuk mempromosikan jihad. Keberadaan situs itu membuat otoritas Swis, tahun lalu, menahan pasangan suami-istri tersebut selama beberapa hari. Situs tersebut dianggap menginspirasi aksi “terorisme”. Penyelidikan terhadap kasus tersebut masih berlangsung hingga kini.

Berjubah hitam dan menutup auratnya dengan cadar, mata coklatnya sangat ekspresif, secara dramatis saat tersorot oleh lampu saat wawancara pertamanya di CNN. Sambil menatap tajam ke arah kamera, ia berkata, "Menjadi istri seorang martir adalah titik puncak dalam Islam. Bagi perempuan, hal itu merupakan sesuatu yang luar biasa."

Malika lahir di Maroko tetapi keluarganya kemudian bermigrasi ke Belgia. Sebelum menutup auratnya, dia adalah remaja berjiwa bebas dan pemberontak. Di rumah, dia diminta mengenakan busana muslim. Namun di luar, dia menanggalkan agamanya, dia keluar minum bersama teman-temannya dan mengenakan rok mini ketat.

Hidup Malika berubah drastis saat dia dikeluarkan dari sekolah karena Malika menyerang seorang guru. Pengajar itu, kata Malika, melontarkan hinaan bernada rasis. Kemarahannya dilampiaskan dengan bergaul dengan lelaki yang tidak sesuai untuknya. Dia juga berteman dengan obat-obatan dan alkohol. Malika larut dalam kehidupan malam hingga dia mencoba bunuh diri dengan menelan obat hingga overdosis.

Dia kemudian terlahir kembali sebagai seorang muslim. Malika merasa dipermalukan oleh interpretasi Barat atas ajaran Islam. Aturan ketat dalam Islam mampu membatasi gerak Malika, sehingga pada 1999 Malika bertemu Dahmane- lelaki yang kelak dikenal sang eksekutor Massoud.

Bola mata Malika melebar saat ia menceritakan hasrat mendiang suaminya, untuk bertemu Usamah bin Ladin yang saat itu tinggal di Afghanistan.

"Abdessater bermimpi berada di bawah perintah-perintah Usamah bin Ladin," kata Malika. "Ya, dia berjanji setia kepada Usamah. Ya benar sekali, itu adalah mimpinya. Mimpinya adalah bertemu Usamah, berjabat tangan, dan menyerahkan diri terhadap perintah-perintah Usamah."

Suami Malika terobsesi dengan Usamah ketika pemimpin Al-Qaidah muncul di layar televisi, menyerukan seruan untuk melakukan jihad melawan AS dan negara lain yang menindas umat muslim.

Dalam buku yang ditulisnya sendiri, "Soldier of Light", Malika menulis "Abdessater merasa bahwa pesan Usamah di televisi itu ditujukan bagi dirinya."

Pertengahan 2001, Abdessater bertolak ke Afghanistan. Malika mengatakan bahwa Abdessater sedang mencari arena peperangan, dia menyukai Chechnya. Namun Usamah merekrutnya ke Al-Qaidah, dan Abdessater dilatih di Jalalabad.

Ketika Malika pergi ke sana untuk membuka panti asuhan, dia kaget melihat apa yang terjadi. Kemiskinan parah dan kerusakan akibat perang. Malika dan Abdessater menyalahkan AS yang menerapkan sanksi untuk Taliban.

Malika kemudian menuturkan betapa saat itu ia merasa bahagia, berkumpul kembali bersama suaminya dan terikat dalam sebuah komunitas. Barulah kemudian dia sadar bahwa dia berada di tengah-tengah klan Usamah, sebuah lingkaran yang juga melibatkan istri-istri Usamah.

"Saya tidak mampu menggambarkan betapa bahagianya mereka," kata Malika. "Mereka sangat bercahaya. Kalau tidak mereka tidak akan dinikahi Usamah. Saya kira dia [Usamah] tidak bertindak semena-mena terhadap mereka."

Malika mengaku dia tidak pernah bertemu Usamah karena kaum perempuan tidak bersosialisasi dengan kaum lelaki. Namun Usamah memiliki karisma yang memukau suami Malika.

Abdessater Dahmane tidak pernah memberi tahu istrinya bahwa dia akan melakukan serangan bom. Namun Malika belajar banyak dari pengorbanan suaminya. Suara Malika bergetar ketika menceritakan bagaimana keluarga di sekitarnya justru datang memberi ucapan selamat atas tindakan yang dilakukan suaminya. Malika sangat terkejut, dan belum hilang selama beberapa pekan setelah selesai berkabung.

Seorang utusan Al-Qaidah mengantar sebuah surat yang di dalamnya berisi uang US$ 500. Usamah, kata Malika, ingin membayar utang. Dalam paket surat tersebut juga terselip sebuah kaset rekaman. Melalui kaset itu, Malika mendengarkan kata-kata terakhir suaminya. Abdessater mengatakan bahwa ia sangat mancintai Malika. Namun pada waktu itu, ia sudah "berada di sisi yang lain."

Pembunuhan itu dilakukan atas perintah pemimpin Al-Qaidah, Usamah bin Ladin. Misinya jelas. Dukungan Taliban diperlukan sebagai langkah antisipatif setelah Al-Qaidah menyerang Amerika Serikat (AS). Sebagaimana istrinya, Dahmane yang direkrut oleh Al-Qaidah Tunisia ini sangat loyal pada Usamah.

Masa-masa berkabung Malika diinterupsi oleh kampanye serangan AS terhadap Afghanistan. Malika kemudian melarikan diri ke Pakistan dan dengan kelelahanya luar biasa, ia berjalan ke kedutaan Belgia di Pakistan lalu meminta pulang.

Namun derita belum berakhir. Di Belgia, Malika diajukan ke pengadilan karena dituduh terlibat dalam pembunuhan Massoud. Kasus ditutup pada 2003 karena kurangnya bukti. Perempuan itu tidak gentar menghadapi penyelidikan atas situs yang dikelolanya. Malika membawa koresponden CNN, Paul Cruickshank ke ruang kerjanya untuk menunjukkan cara ia mengelola forum internet tersebut. Dari layar monitor komputer Malika, wartawan CNN melihat gambar yang cukup besar, foto Usamah bin-Ladin.

"Mudah bagi saya untuk menggambarkan cinta suami saya pada Usamah karena saya juga merasakan hal yang sama," kata Malika. "Sebagian besar umat Muslim cinta Usamah. Dialah yang menolong kaum tertindas. Dia juga yang melakukan perlawanan atas musuh terbesar di dunia, Amerika Serikat. Maka kami mencintai dia," lanjutnya.

Kini, janda Abdessater Abd al-Sattar ini menjadi salah satu dari dari 14 orang yang ditangkap pihak keamanan Belgia hari Kamis minggu lalu.

Mungkin, ada dua hal yang bisa memberatkan Malika. Pertama, karena ia adalah muslimah mendiang, Abdessater Dahmane, seorang pejuang Al-Qaidah yang merelakan nyawanya untuk meledakkan bom di depan seorang pemimpinan Aliansi Utara, yang dikenal musuh utama Taliban tujuh tahun lalu. Kesalah kedua, Malika dalam suatu wawancara dengan stasiun televisi CNN secara terang-terangan menyatakan “cinta” nya kepada perjuangan Usamah Bin Ladin dan perjuangannya memerangi kaum kafir Barat. Satu hal yang hingga kini masih dianggap menakutkan Barat. [cha, berbagai sumber/www.hidayatullah.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar