Sabtu, 20 Desember 2008

Ungkapan cinta untukmu ibu

Kasih ibu.....

Kepada beta... tak terhingga sepanjang masa

Hanya memberi tak harap kembali

Bagaikan sang surya, Menyinari dunia....

Lagu inilah yang menjadi inspirasi saya untuk menulis artikel ini semoga bermanfaat buat kita semua.

Yah itulah salah satu syair lagu yang sering kita dengar pada saat kita masih anak-anak.

sebuah syair yang yang sering kita dengar dan kita nyanyikan pada saat kita duduk dibangku sekolah TK ataupun bangku Sekolah Dasar, Lagu ini sering kita nyayikan saat mata pelajaran kesenian. Dengan semangat dan penuh penghayatan kita menyayikan lagu ini.......

Itu saat kita masih kecil... Kini kita sudah dewasa, bahkan untuk menyayikan lagu ini kita enggan.... atau sekedar membayangkan bagaimana saat kita kecil menyanyikan lagu ini. Orang tua kita menceritakan bahwa kita sangat senang lagu ini.

Hingga orang tua kita berkata.... Wah nduk suaramu merdu sekali, dan lagunya juga sangat indah? lalu, dengan polosnyo kita menjawab " iya mbok, lagu ini kesukaan dedek... akukan sayang si mbok, makanya dedek sering nyayikan lagu ini ". Dengan penuh haru si mbok mendengarkan perkataan dan pengakuan kita yang masih anak-anak.

******

Sebuah syair yang sengaja diperuntukan kepada kaum wanita yaitu ibu....

Sehingga pada zaman rasullah ada seorang sahabat yang bertanya, Siapakah yang harus saya hormati? tanya sahabat. Lalu Rasulullah menjawab "Ibumu". Siapa lagi? Tanya sahabat, " Ibumu ". jawab rasulullah, Siapa lagi ya rasulullah tanya sahabat untuk yyang ketiga kalinya, Rasulullah tetap menjawab " Ibumu'. lalu sipa lagi ya Rasulullah? Baru untuk yang ke empat kali rasulullah menjawab " Bapakmu " .

Secara matematis kita bisa melihat vahwa perbandingannya adalah 3 ; 1, pantaslah rasulullah memberika penghormatan yang luar biasa terhadap seorang wanita yang bernama ibu. Dimana pada saat kita berada dalam kandungan 9 bulan 10 hari lamanya, ibu membawa kita kemana-mana, saat kekamar mandi, saat makan, saat tidur pun ibu tidak pernah mengeluh. KIta bisa bayangkan bagaiman letihnya ibu kita. saat ibu istirahat malam pun kita masih menggaanggunya tapi ibu tidak pernah mengeluh.

saat kita lahir pun kedunia ini, ibu masih memperhatikan kita ... tak dibiarkan seekor nyamuk untuk menggigit kita, kita hisap terus air susunya sampai kita berusia 2 tahun. Dengan Iklhas dah kesabaran seorang ibu, kita diasuh dan didiknya dengan penuh kasih dan seribu rasa cinta, ibu tidak pernah minta ganti rugu atas semua itu.

pantaslah Rasulullah mengatakan, sesungguhnya syurga itu dibawah telapa kaki ibu.

Tapi kini kita telah dewasa bahkan kita mungkin sekarang sudah berkeluarga. Sehingga kita bisa merasakan bagaimana menjadi seorang ibu!.

Pernah tidak terucap oleh bibir kita .... Ibu terimakasih atas didikanmu selama ini, dalam membesarkan nanda? hanya hati kita yang mampu menjawab pertanyaan ini.

*****

Ibu hanya untai do'a yang mampu kami berikan semoga apa yang engkau lakukan senantiasa dibalas oleh Allah SWT dengan ganjaran yang setimpal Amiinnnn

Ibu......

Setiap setiap kasih dan cintamu adalh sepanjang masa

Setiap perkataanmu bagaikan setetes embun penyejuk jiwa

Setiap senyumanmu bagaikan sang surya yang menyinari dunia

Setiap sentuhanmu adalah penenang jiwa

ibu.....

Cinta....

Kasih....

dan sayangmu takkan pernah kulupakan....

Anakmu hanya mampu menucapkan terimaksih atas semua kasih dan cintamu dan selamat hari ibu... kepada semua ibu yang ada didunia.

Ummi, Ibu, Bunda, Emak, Mbok, Amak, Inanga amak dan Mom....

Engkaulah pahlawanku.... Semoga Allah SWT melindungi dan memberi rahmat atas mu

Jumat, 19 Desember 2008

Selamat Hari Ibu

MumPung mAmA lo maSih aDa,
coba de, saat bEliaU tiduR...
saaT maTanya terPejam...
Lo taTap wajaHnya 5 menit aja...
g uSa lAma2...
cobA rasaiN de...
klO wajaH beliAu udA g da dsiTu...
Rasain lewat Hati lo...
yg paling dAlem...
Lakuin aPapuN yang bs lo lakuKan
unTuknya...

"SEKARANG"!!!
bukan 1jam lagi...
bukan 1hari lagi...
bukan 1bulan lagi...
tapi "SEKARANG"...

jangan tunggu sampe Beliau uda mo
ninggalin kehidupan kita...
penyesalan g dateng duluan
sahabat2ku...

there's a story about...
"BETAPA BESAR KASIH MAMA BUAT
KITA"

Seorang anak mencari Ibunya dan
mendapatkan ibunya sedang sibuk
menyediakan makan malam di dapur...
Kemudian dia mengulurkan tangannya dan
memberikan sehelai kertas yang sudah
ia
siapkan sehari sebelumnya...
Sang Ibu segera membersihkan tangan
lalu
menerima kertas yang diulurkan oleh
anaknya dan membacanya...

OngKos bantuin MAMA:
1) Bantu pergi ke warung : Rp
20.000,00
2) Jagain ade : Rp 20.000,00
3) Buang sampah : Rp 5.000,00
4) Beresin tempat tidur : Rp 10.000,00
5) Nyiram bunga : Rp 15.000,00
6) Nyapu halaman : Rp 15.000,00
Total: Rp 85.000,00

Selesai membaca kertas tersebut...
Sang Ibu hanya tersenyum memandang
anaknya...
Si Anak pun tersenyum penuh
kemenangan...
Lalu Sang Ibu mengambil pena dan
menulis
sesuatu dibelakang kertas yang sama...
1) OngKos mengandungmu selama 9bulan-
GRATIS
2) OngKos menyusuimu, anakku-GRATIS
3) OngKos berjaga malam karena
menjagamu-GRATIS
4) OngKos air mata yang menetes
karenamu-GRATIS
5) OngKos khawatir krn memikirkan
keadaanmu-GRATIS
6) OngKos menyediakan makan, minum,
pakaian dan keperluanmu-GRATIS
7) Keseluruhan Nilai Kasihku-GRATIS

Air mata Si Anak berlinang setelah
membaca...
Si Anak menatap wajah Ibunya,
memeluknya
dengan erat dan berbisik
sambil terisak di dekat telinga
Ibunya,

"AKU SAYANG SAMA MAMA...UDAH GA
ADA LAGI
YANG PERLU DIBAYAR OLEH MAMA...UDAH
LUNAS SEMUANYA...BUKAN MAMA YANG
HUTANG
SAMA AKU, TAPI AKU YANG UTANG SAMA
MAMA..."

kLo Lo SAYANG MAMA lo..
"FORWARD" de...
kirim msg ini ke semua orang..
biar mereka inget betapa mama berharga
banget dlm hidup mrk...

Catatan akhir tahun

bismillahirrahmanirrahim

perjalanan kehidupan anak manusia siapa yang tahu! semuanya telah digariskan dan ditetapkan oleh Allah SWT... dan ketetapan itu berlaku bagi siapa pun juga.. apakah muslim atau pun non muslim. Bagi kita yang muslim ... telah memahami bahwa apapun yang terjadi terhadap diri kita merupakan ketetapn dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT terhadap kita... dan itu menjadi kewajiban bagi kita untuk menerima ketentuan yang berlaku atas diri kita. KAdang ketentuan itu adalah ketentuan yangn baik maupun ketentuan yang buruk....

Tapi ....
kita lihat bagaimana perjalanan hidup kita pada tahun ini? apakah perjalanan ini telah membawa kita pada perubahan yang baik atau tidak... jika itu merupakan perubahan yang lebih baik maka kita termasuk orang yang beruntung. Jika, itu perubahan yang buruk makan kita termasuk orang yang merugi atau perubahan ini sama dengan tahun kemaren makan kita termasuk orang yang celaka. Maka di akhir tahun 2008 ini mari kita intropeksi diri kita .... apa yang telah kita lakukan dan yang telah kita perbuat? Apakah banyak perbuatan baik yang telah kita lakukan? atau Banyak perbuatan dosa yang kita perbuat? semua bisa kita jawab! tanyakan pada hati nurani kita ?
Wallahualam....

Akhir tahun, Des 2008

PUISI : FOR MOM 3

iBU

yah.. hari-hari telah kau lalai
pahit getirnya dunia tlah kau jalani...
manis dan pahitnya kehidupan telah kau lalai
sehingga garis-garis kehidupan tampak di dahimu

setiap keringat yang tlah terkucurkan dalam hidupmu
telah menjadi bukti....
bahwa kau mampu bertahan dalam mengarunginya
aku yakin ....
akan semua itu...
walau engkau tak pernah cerita kepadaku

yakinlah ibu...
keringatmu akan dibalas oleh Allah SWT
sebagai catatan kebaikan

Kamis, 18 Desember 2008

For Mom 2

Ibu bagi Anak Yatim

oleh Muhammad Rizqon Jumat, 19/12/2008 13:25 WIB

Seorang anak adalah ibarat kertas putih. Apa yang tergambar, sedikit banyak adalah pengaruh dari goresan orang tua atau lingkungannya di waktu kecil. Seorang anak yang dibesarkan di lingkungan yang kondusif, maka akan lahir darinya kepribadian yang baik. Sebaliknya jika dibesarkan dilingkungan yang buruk, maka akan lahir darinya kepribadian yang buruk. Setiap anak memiliki karakter khas yang merupakan hasil bentukan di masa kecil. Bisa berupa karakter yang baik, bisa juga berupa karakter yang kurang baik. Bisa berupa karakter yang sulit diubah, bisa juga karakter yang mudah sekali untuk diubah.

Karakter anak yang dibesarkan dengan sentuhan kasih seorang ibu, umumnya berbeda dengan karakter mereka yang tidak atau jarang mendapatkannya. Salah satu hikmah perintah Nabi Saw untuk menyayangi anak yatim, bisa dikaitkan dengan kondisi tersebut. Anak yatim adalah anak belum menemukan pijakan yang utuh tentang kepada siapa dia seharusnya menyandarkan kehidupan dan mengharapkan kasih sayang. Oleh karenanya, dia perlu dihibur, dikuatkan mentalnya, dan ditunjukkan kepada hakikat cinta dan kasih sayang yang bermuara kepada Allah SWT.

Anak yang tidak atau jarang mendapatkan sentuhan kasih sayang, adakalanya memiliki karakter yang kurang kondusif bagi sebuah kemajuan atau kesuksesan. Salah satu penyebabnya adalah karena telah terbentuknya zona aman (comfort zone) atas karakter yang telah tertanam pada dirinya sejak kecil itu. Sebagai misal persepsi anak tentang sabar. Telah tertanam dalam dirinya bahwa apa-apa yang dialaminya adalah bagian dari takdir Allah SWT yang harus diterima dengan sabar. Namun karena penanaman yang kurang tepat, kesabarannya itu tidak berbuah pada kegigihan/kemandirian dalam menjalani kehidupan. Dia mengidentikan sabar dengan pasrah atau nrimo yang berkonotasi pasif. Dan dia memiliki persepsi bahwa sabar itu hanya dilakukan di kala menerima musibah saja. Padahal kapan pun, baik di kala susah maupun senang, seorang hamba Allah dituntut untuk bersabar.

Namun apakah anak yang kurang mendapat sentuhan kasih sayang orang tuanya akan selalu tumbuh dengan kepribadian yang tidak mendorong pada kesuksesan? Data empiris menunjukkan tidaklah selalu demikian. Bahkan kita menyaksikan banyak anak yang tumbuh dengan belaian kasih sayang orang tua yang "berlebih", namun dia tumbuh dengan kepribadian yang labil.

Kehidupan Nabi Muhammad SAW yang terlahir yatim, yang 6 tahun kemudian ibu beliau wafat menyusul kepergian sang ayah, adalah kisah yang patut menjadi cerminan dan sumber motivasi. Beliau adalah sosok yang tidak banyak mendapat sentuhan dan belaian kasih sayang dari orang tuanya, namun demikian pribadi dan akhlak yang muncul dari diri beliau adalah pribadi indah yang mempesonakan. Tentu semua itu adalah karena kehendak dan bimbingan Allah SWT, yang dengan sifat ar Rahman dan ar RahimNya, mengungguli sentuhan dan kasih sayang seorang ibu yang terbaik sekalipun.

Oleh karenanya kehilangan seorang ibu, bukanlah akhir dari sebuah kehidupan. Meski terasa berat, kehilangan seorang ibu adalah bentuk ujian agar seseorang bisa menemukan sumber cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya, yang tidak pernah lapuk, tidak pernah lekang, dan tidak terukur dan terbatasi oleh dimensi ruang dan waktu, yang abadi, dan tidak fana sebagaimana kasih sayang seorang ibu di dunia ini.

Kehadiran seorang ibu adalah wasilah dari cintaNya. Allah SWT berkehendak menunjukkan keagungan cintaNya, maka diutuslah seorang ibu. Seorang ibu yang memahami akan esensi ini, maka ia merasa bahwa kehadirannya adalah amanah dariNya, sehingga ia berusaha mencurahkan kasih sayang kepada anak-anaknya sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikanNya. Dia tidak akan pernah mengharapkan imbal jasa, pamrih, atau menuntut balas. Dia tidak ingin disanjung dan dipuji karena pemilik segala puji hanyalah Allah yang menurunkan sifat rahman dan rahimNya itu.

Bagi kita selaku seorang anak, kewajiban kita adalah mencurahkan bakti dan taat secara benar sesuai petunjuk-petunjuk yang diberikanNya demi mengharap ridhaNya. Karena ridha Allah adalah ridha orangtuanya. Dan kewajiban berbakti itu, adalah kewajiban yang melintasi batas waktu, tidak berarti selesai ketika ibu kita meninggalkan dunia.

Ada kisah menarik yang bisa menjadi cerminan. Ketika Rasulullah Saw wafat, sahabat Umar begitu sangat amat terpukul. Pijakannya hampir hilang ketika menyaksikan fakta bahwa sahabat dan pemimpin ummat yang amat sangat dikasihinya itu meninggal dunia. Dengan perasaan penuh guncangan emosi sambil menghunuskan pedang, beliau mengatakan, “Barang siapa yang mengatakan bahwa Muhammad telah wafat, akan aku penggal batang lehernya!”.

Untunglah, ditengah kondisi yang serba panik itu, tampillah Abu Bakar Asshiddiq menenangkan gunjangan jiwa kaum muslimin dengan membacakan firmanNya, “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS 3: 144).

Kemudian beliau berpidato, “Barang siapa yang menyembah Muhammad, ketahuilah bahwa Muhammad telah wafat. Barang siapa yang menyembah Allah, maka Allah selalu hidup dan tidak pernah wafat.

Pedang yang berada di genggaman tangan Umar perlahan-lahan mengendur kemudian jatuh. Jiwa kaum muslimin yang semula bergejolak panas berangsur-angsur mendingin. Semuanya tertunduk haru. Nada tangis yang semula meraung-raung menunjukkan ketidakridhaan atas fakta yang terjadi, berubah menjadi tangis isak yang tiada henti dengan kucuran air mata. Bertahun-tahun mereka bergaul dengan Rasulullah Saw, seakan baru kali inilah mereka menyadari bahwa Rasulullah Saw tidak lain adalah manusia seperti diri mereka yang bisa wafat kapan saja bila Allah SWT menghendaki.

Ya, siapapun yang menyembah manusia, meski sekaliber Muhammad Saw, maka ia pasti wafat. Pesona seorang ibu tidaklah melebihi pesona Muhammad Saw, kewajiban kita kepada seorang ibu tidaklah melebihi kewajiban kita kepada Rasululllah Saw. Maka, kematian seorang ibu janganlah menjadikan kita terguncang.

Boleh jadi kita bisa menerima hal ini. Bagaimana bila yang mengalaminya adalah anak-anak kecil yang masih membutuhkan bimbingan dan kasih sayang? Inilah teguran bagi kita untuk selalu memperhatikan anak-anak yatim. Memberi cinta sebagaimana kita merasakan cinta. Memberi kasih sayang sebagaimana kita menerima kasih sayang. Dan memberi mereka fondasi kesuksesan sebagaimana kita menerima kesuksesan.

Ajakan Nabi Saw untuk memuliakan anak yatim adalah ajakan agar kita menjadi “ibu” bagi mereka. Kita bimbing mereka agar mereka mengenal “ibu” yang sebenarnya, ibu dari segala ibu, yakni Allah SWT.

Wallahua’lam bishshawaab
rizqon_ak@eramuslim.com

muhammadrizqon.multiply.com

Rabu, 17 Desember 2008

F0R M0M

Persembahan Terbaik Untuk Ibu

oleh Muhammad Rizqon Rabu, 17/12/2008 08:06 WIB Cetak | Kirim | RSS

Seorang anak adalah ibarat kertas putih. Apa yang tergambar, sedikit banyak adalah pengaruh dari goresan orang tua atau lingkungannya di waktu kecil. Seorang anak yang dibesarkan di lingkungan yang kondusif, maka akan lahir darinya kepribadian yang baik. Sebaliknya jika dibesarkan di lingkungan yang buruk, maka akan lahir darinya kepribadian yang buruk.

Karakter anak yang dibesarkan tanpa sentuhan kasih orang tua (ibu dan ayah) di waktu kecil, umumnya berbeda dengan karakter mereka yang mendapatkannya. Inilah mungkin hikmahnya Nabi Saw memerintahkan kita untuk menyayangi anak yatim. Mereka belum menemukan pijakan yang utuh tentang kepada siapa dia seharusnya menyandarkan kehidupan dan mengharapkan bimbingan. Oleh karenanya, mereka perlu dihibur dan dikuatkan mentalnya. Lebih-lebih bagi mereka yang yatim dan piatu, disamping kehilangan figur ayah yang mampu memimpin kehidupannya, dia juga kehilangan figur ibu yang mampu memberikan belaian kasih sayang. Oleh karenanya, mereka perlu dibimbing kepada penemuan cinta dan kasih sayang yang sejati, yakni cinta dan kasih sayang Allah SWT.

Anak yang tidak atau jarang mendapatkan sentuhan kasih sayang, adakalanya memiliki karakter yang kurang kondusif bagi sebuah kemajuan atau kesuksesan. Salah satu penyebabnya adalah karena telah terbentuknya zona aman (comfort zone) atas karakter yang telah tertanam pada dirinya sejak kecil itu. Sebagai contoh kecil yakni masalah persepsi anak tentang sabar. Bagi anak-anak tertentu, telah tertanam dalam dirinya bahwa apa-apa yang dialaminya adalah bagian dari takdir Allah SWT yang harus diterima dengan sabar. Namun karena penanaman yang kurang tepat, kesabarannya itu tidak membuahkan kegigihan/kemandirian dalam menjalani kehidupan. Dia mengidentikan sabar dengan pasrah atau nrimo yang berkonotasi pasif. Dan dia memiliki persepsi bahwa sabar itu hanya dilakukan di kala menerima musibah saja. Padahal kapan pun, baik di kala susah maupun senang, seorang hamba Allah dituntut untuk senantiasa bersabar.

Namun apakah anak yang kurang mendapat sentuhan kasih sayang orang tuanya akan selalu tumbuh dengan kepribadian yang bermasalah? Data empiris menunjukkan tidaklah selalu demikian. Bahkan kita menyaksikan banyak anak yang tumbuh dengan “kasih sayang” yang “berlebih” dari orang tua mereka, namun mereka tumbuh dengan kepribadian yang labil.

Kisah Nabi Muhammad SAW yang terlahir yatim, yang 6 tahun kemudian menjadi piatu, adalah kisah yang patut menjadi cerminan dan sumber motivasi. Beliau adalah sosok yang tidak banyak mendapat sentuhan dan belaian kasih sayang dari orang tuanya, namun demikian pribadi dan akhlak yang muncul dari diri beliau adalah akhlak dan pribadi indah yang mempesonakan. Tentu semua itu adalah karena kehendak dan bimbingan Allah SWT, yang dengan sifat ar Rahman dan ar RahimNya, mengungguli segala sentuhan kasih sayang seorang ibu atau bimbingan seorang ayah yang terbaik sekalipun.

Kehilangan mereka, bukanlah akhir dari sebuah kehidupan. Meski terasa berat pada awalnya, kehilangan seorang ayah adalah bentuk ujian agar seseorang menemukan pembimbing yang sejati, dan kehilangan seorang ibu adalah bentuk ujian agar seseorang bisa menemukan sumber cinta dan kasih sayang yang hakiki, yang tidak pernah lapuk, tidak pernah lekang, dan tidak terukur dan terbatasi oleh dimensi ruang dan waktu.

Kehadiran orang tua adalah wasilah dari cintaNya. Allah SWT berkehendak menunjukkan keagungan petunjukNya, maka diutuslah seorang ayah. Allah SWT berkehendak menunjukkan kemuliaan cintaNya, maka diutuslah seorang ibu. Seorang ayah/ibu yang memahami akan esensi ini, maka mereka akan merasa bahwa kehadiran mereka adalah semata-mata amanah dariNya, sehingga ia berusaha mencurahkan bimbingan, pimpinan, cinta, dan kasih sayang kepada anak-anaknya sesuai dengan petunjuk yang diberikanNya.

Selaku seorang anak, kewajiban kita adalah mencurahkan bakti dan taat secara benar sesuai petunjukNya demi mengharap ridhaNya. Karena ridha Allah adalah ridha orang tua. Dan kewajiban berbakti itu, adalah kewajiban yang melintasi batas ruang dan waktu, tidak berarti selesai ketika orang tua kita meninggalkan dunia.

Ada kisah menarik yang patut menjadi pelajaran. Ketika Rasulullah Saw wafat, sahabat Umar begitu sangat amat terpukul. Pijakannya hampir hilang ketika menghadapi fakta bahwa sahabat dan pemimpin ummat yang amat sangat dikasihinya itu meninggal dunia. Dengan perasaan penuh guncangan emosi sambil menghunuskan pedang, beliau mengatakan, “Barang siapa yang mengatakan bahwa Muhammad telah wafat, akan aku penggal lehernya!”.

Untunglah, ditengah kondisi yang serba panik itu, tampillah Abu Bakar Asshiddiq menenangkan gunjangan jiwa kaum muslimin dengan membacakan firmanNya, “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS 3: 144). Kemudian beliau berpidato, “Barang siapa yang menyembah Muhammad, ketahuilah bahwa Muhammad telah wafat. Barang siapa yang menyembah Allah, maka Allah selalu hidup dan tidak pernah wafat.

Pedang yang berada di genggaman tangan Umar perlahan-lahan mengendur kemudian jatuh. Jiwa kaum muslimin yang semula bergejolak panas berangsur-angsur mendingin. Semuanya tertunduk haru. Nada tangis yang semula meraung-raung menunjukkan ketidakridhaan, berubah menjadi tangis isak yang tiada henti dengan kucuran air mata. Bertahun-tahun mereka bergaul dengan Rasulullah Saw, seakan baru kali inilah mereka menyadari bahwa Rasulullah Saw tidak lain adalah manusia seperti diri mereka yang bisa wafat kapan saja bila Allah SWT menghendaki.

Ya, siapapun yang menyembah manusia, meski sekaliber Muhammad Saw, maka ia pasti wafat. Pesona seorang ibu/ayah tidaklah melebihi pesona Rasulullah Saw, kewajiban kita kepada seorang ibu/ayah juga tidaklah melebihi kewajiban kita kepada Rasululllah Saw. Maka, kematian seorang ibu/ayah hendaknya tidak menjadikan hati seorang hamba terguncang dan hilang keseimbangan arah.

Jika mereka pergi tatkala anak sudah dewasa, boleh jadi kita bisa memakluminya. Lantas bagaimana bila mereka pergi (meninggal dunia) tatkala anak masih kecil dan sangat membutuhkan bimbingan dan kasih sayang?

Inilah teguran bagi kita untuk selalu memperhatikan mereka. Memberikan bimbingan sebagaimana kita mendapatkan bimbingan. Memberi cinta sebagaimana kita merasakan cinta. Memberi kasih sayang sebagaimana kita menerima kasih sayang. Dan memberi mereka fondasi kesuksesan sebagaimana kita menerima kesuksesan.

Menjelang hari ibu, berjuta kata indah telah terekspresikan untuk kemuliaannya. Bagi saya, ingatan akan ibu ini bermakna dua hal, yakni pertama, memperkokoh kepedulian bagi mereka yang tidak mendapat sentuhan bimbingan, cinta, dan kasih sayang seorang ibu. Kedua, memperkokoh kebaktian kepada seorang ibu, yang telah melahirkan dan membesarkan kita.

Apa wujud kebaktian yang pantas kita persembahkan buat ibu? Sesungguhnya yang diharapkan oleh seorang ibu dari anaknya adalah kesholehan darinya. Sebab dengan wasilah anak yang sholeh ini, maka sang ibu Insya Allah akan mendapatkan pembalasan atas jerih payahnya di dunia dengan memasuki surgaNya.

Setiap kita tentu merindukan pertemuan dengan ibu atau ayah kita kelak di surga, termasuk diri saya yang telah kehilangan ibu ketika berusia sekitar 4 tahun. Jika kita memang mencinta ibu kita, maka tidak ada upaya lain selain kita berusaha menjadi hamba Allah yang sholeh. Inilah persembahan terbaik kita untuk ibu, bukan persembahan berujud dunia atau kebendaan. Semoga Allah SWT membimbing langkah-langkah kita untuk menjadi hamba-hambaNya yang sholeh. Amin.

Wallahua’lam bishshawaab
rizqon_ak@eramuslim.com

muhammadrizqon.multiply.com

history

Kisah Anak Berbakti, untuk Ibunya Yang "Gila"


Friday, 31 October 2008 09:54

Ia berkeliling untuk mempertunjukkan kemampuannya menarik kereta dan makan sambil jungkir balik. Namun kemampuannya itu hanya satu, menyenangkan ibunya yang "gila"

Hidayatullah.com-- Namanya Liu Tianquan dari Pu Yang, Tiongkok. Setiap hari, pekerjaannya adalah menarik perhatian dan menghibur orang. Menarik kereta, makan dengan jungkir balik, pekerjaan yang dikaloninya semenjak dia masih berusia 5 tahun. Sampai sekarang, usianya sudah 31 tahun. Ia ingin memanfaatkan kemampuan khususnya ini untuk mencari pekerjaan guna menghidupi keluarganya. Terutama untuk menghibur ibunya yang mengalami gangguan kejiwaan.

Suatu hari, Liu Tianquan baru pulang bekerja dari Zhen Zhou ke kampung halamannya. Dengan tergesa-gesa berangkat ke rumah kakak sulungnya yang berjarak kira-kira 300 meter. Setelah selesai mempertunjukkan makan mantou dan mengenakan sweater sambil jungkir balik, tak tertahan lagi sang ibu mulai tertawa.

"Kamu koq memperagakan lagi jungkir balik! Sejak kecil kamu sangat lincah, kalau kamu yang memperagakan aku tidak khawatir, tempo hari kakak sulungmu juga mau ikut-ikutan, apapun yang dikata, aku tidak mengizinkannya, kalau lehernya patah bagaimana?"

Zhao Caiqin, sang ibu yang berusia 72 tahun, gangguan jiwanya baru kambuh, wajahnya tanpa perasaan, tidak mau makan, menggumam tiada hentinya, dengan cepat telah pulih menjadi normal, pembicaraannya juga sudah normal. Demikian dikutip Orient Today.

Ayahnya mengatakan, "Anak saya yang ke-4 (Liu Tianquan), sangat berbakti. Dalam cuaca yang sangat dingin seperti ini, masih datang mencuci pakaian sang ibu. Beberapa waktu yang lalu di rumah kekurangan air, dia membawakan air dari rumahnya."

Menyenangkan Hati Ibu

Liu Tianquan saat berusia 36 tahun menceritakan kenangannya. Pada usia 5 tahun, sang ibu yang berperasaan halus menjadi sakit karena depresi, jiwanya terganggu, sering marah-marah, membanting-banting mangkuk dan panci. Pada saat sangat parah, dia bahkan dapat membacokkan pisau masak sekenanya. Saat melihat ibunda yang biasanya penuh kasih menjadi seperti ini dia sangat bersedih.

Pada suatu kali ketika ibunya kambuh lagi, secara kebetulan me-lihat dia sedang berdiri jungkir balik, tiba-tiba menjadi geli dan tertawa dengan sangat gembira. Setelah itu setiap kali melihat dia jungkir balik sang ibu menjadi sangat bersuka cita sampai-sampai berjoget.

Melihat ibunda bergembira, Liu Tianquan juga sangat girang, sehingga berlatih dengan lebih te-kun. Melihat sang ibu makan mantou, dia akan makan dengan berdiri jungkir balik, dia pernah tersedak sampai sulit bernafas. Melihat sang ibu merajut baju wol, dia sambil jungkir balik akan membantu menggulung benang wol. Pada saat berusia 8 tahun dia sudah dapat mengenakan pakaian sambil jungkir balik; pada usia 15 tahun dapat mengangkat timba air sambil jungkir balik ……

Selama 31 tahun berlatih jungkir balik, Liu Tianquan selalu mengusahakan agar sang ibu bergembira dengan berbagai cara, sehingga gangguan jiwa sang ibu sangat berkurang. Ketika kondisi jiwa sang ibu normal, beliau tidak membiarkan Liu Tianquan jungkir balik, dia sangat menyayangi putranya itu, "Nak, kamu jangan berdiri jungkir balik lagi, kalau lehermu patah bagaimana? Kamu makan sambil berjungkir balik kalau tersedak bagaimana?"

Keahlian Khusus

Tahun baru, Liu Tianquan yang tidak punya uang membeli kado untuk anak-anak, akan mempertunjukan menarik kereta sambil jungkir balik.

Di rumah, Anak-anak menaiki kereta dorong dari kayu, Liu Tianquan akan mengikat pendorong kereta dengan tali. Kemudian dia jungkir balik di atas kursi di samping dinding. Sepasang tangannya akan menarik tali yang diikatkan pada kereta maka kereta dengan stabil bergerak maju. Tetangga yang datang melihat keramaian bertanya kepada Liu Tianquan, "Apakah Anda merasa tidak nyaman? Apakah terdapat perbedaan dengan menarik kereta secara normal?"

Liu Tianquan sambil tertawa menjawab, "Sangat santai, sama sekali tidak ada perbedaan." Kemudian dia mempertunjukkan makan sambil berjungkir balik dan lain-lain. Anak-anak sangat bergembira sampai berjingkrak-jingkrak.

Liu Tianquan pernah belajar menata rambut, ilmu pijat urut, namun tidak ada yang membuatnya lebih bersukacita ataupun merasa "tiada duanya" daripada berlatih jungkir balik. Pada musim senggang bercocok tanam, dia ingin mencari kerja dengan kemampuan khususnya untuk menghidupi keluarga.

Kadang kala, ia ikut dalam pertunjukan akrobat, setiap bulannya menghasilkan beberapa ratus yuan. Dia dianggap terlalu jujur oleh seorang temannya.

"Sudah disepakati dalam satu kali pertunjukan dilakukan dua jenis atraksi berdiri jungkir balik, namun tepuk tangan penonton ataupun pujian panitia kadang-kadang membuat Liu Tianquan mempertunjukkan beberapa atrak-si ekstra."

Kemampuannya ini tidak mendatangkan penghasilan lebih banyak bagi Liu Tianquan, dia senang menghibur orang-orang sekelilingnya dengan jungkir balik. Katanya, "Aspirasi saya yang terbesar adalah menghidupi diri sendiri dengan jungkir balik, orang lain gembira, saya pun gembira."

Anak Berbakti

Setelah kisah Liu Tianquan muncul dalam media, membuat banyak orang Tionghoa merasa terharu. Sungguh sulit ditemukan pada zaman masyarakat materialis seperti sekarang ini. Ada teman-teman dunia maya (internet) mengatakan, "Pada zaman dahulu ada seorang bernama Lao Laizi. Meskipun sudah berusia di atas 70 tahun, masih sering berupaya menyenangkan ibunda yang sudah berusia 90 tahun lebih, dengan mengenakan pakaian warna-warni berdandan menyerupai masa kecilnya, bercanda di depan ibunda agar sang ibu tertawa."

"Lao Laizi Menghibur Ibunda" merupakan sebuah cerita yang sangat terkenal pada zaman dahulu, merupakan salah satu dari "Dua Puluh Empat Cara Berbakti", beberapa puluh tahun terakhir ini sudah tidak ada orang yang mengungkitnya lagi. Tak terduga hari ini masih hidup seorang Lao Laizi! Sungguh merupakan sebuah keajaiban!

Ada teman-teman dunia maya yang memberikan pujian penuh kekaguman, "Anda adalah orang biasa yang sangat luar biasa, membuat kami gembira, kagum dan terharu, Anda telah memenuhi karakter moralitas anak berbakti budaya Tionghoa dengan tindakan nyata. Di dunia manusia memang ada perasaan yang tulus, perasaan yang tulus hanya ada di antara masyarakat manusia biasa!"

"Siapa yang mengatakan rasa bakti seorang anak (yang hanya setinggi rumput kecil) dapat membalas budi maha besar sang ibu (yang bagaikan mentari musim semi). Seekor kambing pun berlutut pada induk yang menyusuinya, seekor burung gagak pun setelah dewasa akan membagikan makanan pada induknya, apalagi manusia." [TET/erabaru/www.hidayatullah.com]


SANDAL BUSH ....

Presiden Amerika Serikat George W. Bush pernah mengatakan bahwa Amerika akan disambut di jalan-jalan di kota Baghdad dengan bunga. Tapi, tujuh tahun kemudian, Bush menerima sambutan berupa lemparan sepatu! Tragis.

Dalam situsnya, Syaikh Anwar al-Awlaki menyebut insiden lemparan sepatu wartawan Irak terhadap Bush sebagai "The Best Shoes in The World!". Tokoh ulama di AS itu menulis, "Presiden cuma bisa pamer ketrampilannya 'mengelak' sejak 9-11 (peristiwa 11 September),"

Bukan cuma melempar sepatu, Muntazer al-Zaidi-si wartawan pemberani itu-juga memaki Bush "anjing". "Ini adalah ciuman perpisahan, Anjing Kau!. Ini dari para janda, anak-anak yatim piatu dan mereka yang terbunuh di Irak!" maki al-Zaidi pada Bush.

Di dunia Arab, sepatu dan cacian "anjing" merupakan bentuk dari penghinaan yang paling buruk dan untuk menunjukkan rasa tidak hormat seseorang terhadap orang lain. "Alhamdulillah, ini adalah sambutan yang layak untuk mereka yang menyerbut negeri Muslim. Bahkan sangat layak, untuk dijadikan perlawanan terhadap pasukan-pasukan yang menyerbu jalan-jalan di Baghdad," tulis Syaikh al-Awlaki.

Ulama kelahiran New Mexico dari orang tua asal Yaman ini, mengatakan, lemparan sepatu wartawan Irak itu jauh lebih baik dari para pemimpin-pemimpin Arab yang memamerkan anak-anak perempuannya dengan berdansa-dansi di hadapan Bush.

Ulama yang pernah menjadi Imam Masjid di Colorado itu mengkritik ulama dan Muslim yang justru membela Bush dengan mengatakan bahwa perbuataan lempar sepatu itu bertentangan dengan sunnah. Selayaknya, kata Syaik Awlaki, mereka harus tahu bahwa Muslim selama ini selalu bersikap baik dengan kaum kafir juga bersikap santun dan menghormati otoritas Islam. Tapi Muslim juga akan bersikap keras terhadap orang yang arogan dan jahat.

Seperti perkataan Rasulullah pada para pemimpin Quraish, juga perkataan Abu Bakar yang mengutuk kaum kafir di Hudaybiyyah, begitu pula Umar yang konsisten memukul, mengecam dan mengancam kaum kafir itu.

Lebih lanjut Awalki menulis satu hal yang menurutnya agak lucu karena ada yang mengatakan bahwa al-Maliki (perdana menteri Irak) adalah 'wali amir' dan Muslim tidak boleh melawannya. "Lantas, apakah wartawan itu berdosa karena tidak minta izin dulu pada al-Maliki untuk melempar sepatunya? karena buat mereka, tindakan itu adalah fitnah!" tandas Syaikh Awlaki.

"Sayang sekali, lemparan itu meleset. Di internet banyak yang dengan bangga mengatakan, 'Tak seorang pun ingin melihat Presiden Bush bisa mengelak dari sepatu terbang. Ini adalah peristiwa satu dalam seumur hidup, sebuah kesempatan yang diimpi-impikan," tulis Awlaki.

Syaikh Awlaki mengakhiri tulisannya dengan kalimat, "Jika ada yang tahu merk sepatu si wartawan itu, tolong infromasikan pada kami. Kita semua ingin membelinya, sebagai bentuk solidaritas kita pada saudara kita itu!".

Tentang Syaikh Anwar Awlaki:

Imam Anwar al-Awlaki adalah seorang ulama kelahiran New Mexico. Orangtuanya berasal dari Yaman dimana ia tinggal selama sebelas tahun dan memperoleh bagian awal pendidikan Islamnya.

Imam Anwar al-Awlaki sempat menjadi Imam masjid di Colorado, California. Kemudian ia tinggal di kawasan Washington DC dimana ia memimpin Dar Al-Hijrah Islamic Center sambil menjadi Pemuka Agama Islam di George Washington University.

Imam Anwar al-Awlaki memiliki gelar S1 sebagai Insinyur Sipil dari Colorado State University, S2 di bidang Pendidikan Kepemimpinan dari San Diego State University serta sedang menekuni S3-nya di bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia di George Washington University. Ia telah menghasilkan banyak seri audio popular termasuk “Kehidupan Para Nabi”, “Kehidupan Akhirat”, “Kehidupan Muhammad”, “Kehidupan Umar bin Khattab”, “kehidupan Abu Bakar Ash-Shiddiq”, “Kisah Ibnul Awka”, “Konsisten di jalan Jihad” dan banyak lagi.

CINTa = Love

Ungkapan Cinta "Muslimah Cyber Jihadist” PDF Print E-mail
Thursday, 18 December 2008 10:03

Barat menyebutnya sebagai “legenda hidup Al-Qaidah". Aparat keamanan menyebutnya wanita berbahaya. Satu kesalahannya, terlalu “cinta” pada Usamah

Hidayatullah.com--Ia bukan Usamah bin Ladin dan bukan pula wakilnya, Syeikh Ayman al-Zawahri. Muslimah yang oleh Barat dijukuki dengan “Legenda hidup al-Qaidah” ini adalah seorang perempuan 48 tahun bernama Malika el-Aroud.

Ia adalah janda Abdessater Abd al-Sattar, eksekutor pemimpin Aliansi Utara anti Taliban, Ahmad Shah Massoud, tokoh yang dikenal memerang pejuang Taliban dan sering dijuluki ‘the Lion of Panshir.”

Menurut media Barat, Abdessater Dahmane dikirim Usamah dalam misi maut, tanggal 9 September 2001, dua hari sebelum "Tragedi World Trade Center". Abdessater dan seorang rekan melakukan serangan dan menewaskan Shah Massoud.

Entah alasan apa yang membuat aparat keamanan Belgia menjuluki Malika legenda jaringan “teroris” . Pasalnya, baik Usamah maupun Ayman belum pernah menyebut-nyebut nama Malika.

Kamis (11/12) minggu lalu, jaksa Belgia menuduhnya telah merencanakan serangkaian serangan sebelum dimulainya konferensi tingkat tinggi (KTT) Uni Eropa di Brussels.

"Lima pria dan seorang wanita telah didakwa sebagai anggota organisasi teroris dan telah dijebloskan di tahanan," kata Lieve Pellens, jurubicara kejaksaan Belgia kepada AFP.

Malika bukanlah pelaksana serangan. Tapi aparat menuduhnya sebagai aktor intelektual yang lihai memotivasi orang untuk melakukan aksi nekad. Sepele saja, Malika dikenal sebagai “pejuang” jihad cyber (internet). Melalui tulisan-tulisannya di internet, ia kerap mengajak banyak orang “memerangi” Barat yang telah memerangi Islam.

Seorang wartawan The New York Time, AS, Elaine Sciolino dan Souad Mekhennet, mengutip, Malika menulis di dunia cyber di bawah nama Oum Obeyda. ”El Aroud telah mentransformasikan dirinya menjadi salah satu ‘muhajid internet’ paling menonjol di Eropa," ujarnya. Malika, dianggap telah banyak mengajak pria dan wanita bergabung memerangi Barat. Dalam sebuah wawancara kepada wartawan Malika pernah mengatakan, "Saya memiliki senjata. Saya suka menulis. Ini untuk berbicara. Demikian sambutan jihad. Anda dapat melakukan banyak hal dengan kata-kata. Menulis juga sebuah bom,” katanya.

Dia adalah salah satu muslimah paling dikenal kalangan intelijen di seluruh Eropa akibat seruan-seruannya melawan Barat via internet.

"Dia benar-benar aktif sebagai pejuang Jihad yang memberi motivasi," kata Claude Moniquet, pengamat dari European Strategic Intelligence and Security Center dikutip Associated Press (AP). Menurut Moniquet, Malika rajin menulis pesan dan ajakan dalam bahasa Perancis di internet mengenai perjuangan melawan kaum Barat.

Sayangnya tak jelas, mengapa aparat berkesimpulan bahwa muslimah bernama samaran Oum Obeyda, itu dituduh merancang serangan "dengan sasaran suatu tempat di Eropa dan di Belgia.

"Dialah yang tiga pekan lalu mengirim pesan lewat internet. Dia sangat berbahaya," kata Moniquet.

Padahal, yang selama ini ia lakukan hanya sebuah seruan via internet. Sama banyaknya dengan seruan orang-orang Barat yang mengajak memusuhi Islam di dunia maya.

“Cinta” Usamah

Koresponden televisi CNN bertemu dengan Malika Februari lalu di kota kecil di Swiss bernama Guin. Ia tinggal dengan suami barunya, Moez Garsalloui, seorang Tunisia. Malika adalah tipikal perempuan yang langsung mengatakan apa yang ada di pikirannya.

Malika adalah orang yang sangat percaya pesan jihad Usamah. Bersama dengan Moez, ia mengelola sebuah situs untuk mempromosikan jihad. Keberadaan situs itu membuat otoritas Swis, tahun lalu, menahan pasangan suami-istri tersebut selama beberapa hari. Situs tersebut dianggap menginspirasi aksi “terorisme”. Penyelidikan terhadap kasus tersebut masih berlangsung hingga kini.

Berjubah hitam dan menutup auratnya dengan cadar, mata coklatnya sangat ekspresif, secara dramatis saat tersorot oleh lampu saat wawancara pertamanya di CNN. Sambil menatap tajam ke arah kamera, ia berkata, "Menjadi istri seorang martir adalah titik puncak dalam Islam. Bagi perempuan, hal itu merupakan sesuatu yang luar biasa."

Malika lahir di Maroko tetapi keluarganya kemudian bermigrasi ke Belgia. Sebelum menutup auratnya, dia adalah remaja berjiwa bebas dan pemberontak. Di rumah, dia diminta mengenakan busana muslim. Namun di luar, dia menanggalkan agamanya, dia keluar minum bersama teman-temannya dan mengenakan rok mini ketat.

Hidup Malika berubah drastis saat dia dikeluarkan dari sekolah karena Malika menyerang seorang guru. Pengajar itu, kata Malika, melontarkan hinaan bernada rasis. Kemarahannya dilampiaskan dengan bergaul dengan lelaki yang tidak sesuai untuknya. Dia juga berteman dengan obat-obatan dan alkohol. Malika larut dalam kehidupan malam hingga dia mencoba bunuh diri dengan menelan obat hingga overdosis.

Dia kemudian terlahir kembali sebagai seorang muslim. Malika merasa dipermalukan oleh interpretasi Barat atas ajaran Islam. Aturan ketat dalam Islam mampu membatasi gerak Malika, sehingga pada 1999 Malika bertemu Dahmane- lelaki yang kelak dikenal sang eksekutor Massoud.

Bola mata Malika melebar saat ia menceritakan hasrat mendiang suaminya, untuk bertemu Usamah bin Ladin yang saat itu tinggal di Afghanistan.

"Abdessater bermimpi berada di bawah perintah-perintah Usamah bin Ladin," kata Malika. "Ya, dia berjanji setia kepada Usamah. Ya benar sekali, itu adalah mimpinya. Mimpinya adalah bertemu Usamah, berjabat tangan, dan menyerahkan diri terhadap perintah-perintah Usamah."

Suami Malika terobsesi dengan Usamah ketika pemimpin Al-Qaidah muncul di layar televisi, menyerukan seruan untuk melakukan jihad melawan AS dan negara lain yang menindas umat muslim.

Dalam buku yang ditulisnya sendiri, "Soldier of Light", Malika menulis "Abdessater merasa bahwa pesan Usamah di televisi itu ditujukan bagi dirinya."

Pertengahan 2001, Abdessater bertolak ke Afghanistan. Malika mengatakan bahwa Abdessater sedang mencari arena peperangan, dia menyukai Chechnya. Namun Usamah merekrutnya ke Al-Qaidah, dan Abdessater dilatih di Jalalabad.

Ketika Malika pergi ke sana untuk membuka panti asuhan, dia kaget melihat apa yang terjadi. Kemiskinan parah dan kerusakan akibat perang. Malika dan Abdessater menyalahkan AS yang menerapkan sanksi untuk Taliban.

Malika kemudian menuturkan betapa saat itu ia merasa bahagia, berkumpul kembali bersama suaminya dan terikat dalam sebuah komunitas. Barulah kemudian dia sadar bahwa dia berada di tengah-tengah klan Usamah, sebuah lingkaran yang juga melibatkan istri-istri Usamah.

"Saya tidak mampu menggambarkan betapa bahagianya mereka," kata Malika. "Mereka sangat bercahaya. Kalau tidak mereka tidak akan dinikahi Usamah. Saya kira dia [Usamah] tidak bertindak semena-mena terhadap mereka."

Malika mengaku dia tidak pernah bertemu Usamah karena kaum perempuan tidak bersosialisasi dengan kaum lelaki. Namun Usamah memiliki karisma yang memukau suami Malika.

Abdessater Dahmane tidak pernah memberi tahu istrinya bahwa dia akan melakukan serangan bom. Namun Malika belajar banyak dari pengorbanan suaminya. Suara Malika bergetar ketika menceritakan bagaimana keluarga di sekitarnya justru datang memberi ucapan selamat atas tindakan yang dilakukan suaminya. Malika sangat terkejut, dan belum hilang selama beberapa pekan setelah selesai berkabung.

Seorang utusan Al-Qaidah mengantar sebuah surat yang di dalamnya berisi uang US$ 500. Usamah, kata Malika, ingin membayar utang. Dalam paket surat tersebut juga terselip sebuah kaset rekaman. Melalui kaset itu, Malika mendengarkan kata-kata terakhir suaminya. Abdessater mengatakan bahwa ia sangat mancintai Malika. Namun pada waktu itu, ia sudah "berada di sisi yang lain."

Pembunuhan itu dilakukan atas perintah pemimpin Al-Qaidah, Usamah bin Ladin. Misinya jelas. Dukungan Taliban diperlukan sebagai langkah antisipatif setelah Al-Qaidah menyerang Amerika Serikat (AS). Sebagaimana istrinya, Dahmane yang direkrut oleh Al-Qaidah Tunisia ini sangat loyal pada Usamah.

Masa-masa berkabung Malika diinterupsi oleh kampanye serangan AS terhadap Afghanistan. Malika kemudian melarikan diri ke Pakistan dan dengan kelelahanya luar biasa, ia berjalan ke kedutaan Belgia di Pakistan lalu meminta pulang.

Namun derita belum berakhir. Di Belgia, Malika diajukan ke pengadilan karena dituduh terlibat dalam pembunuhan Massoud. Kasus ditutup pada 2003 karena kurangnya bukti. Perempuan itu tidak gentar menghadapi penyelidikan atas situs yang dikelolanya. Malika membawa koresponden CNN, Paul Cruickshank ke ruang kerjanya untuk menunjukkan cara ia mengelola forum internet tersebut. Dari layar monitor komputer Malika, wartawan CNN melihat gambar yang cukup besar, foto Usamah bin-Ladin.

"Mudah bagi saya untuk menggambarkan cinta suami saya pada Usamah karena saya juga merasakan hal yang sama," kata Malika. "Sebagian besar umat Muslim cinta Usamah. Dialah yang menolong kaum tertindas. Dia juga yang melakukan perlawanan atas musuh terbesar di dunia, Amerika Serikat. Maka kami mencintai dia," lanjutnya.

Kini, janda Abdessater Abd al-Sattar ini menjadi salah satu dari dari 14 orang yang ditangkap pihak keamanan Belgia hari Kamis minggu lalu.

Mungkin, ada dua hal yang bisa memberatkan Malika. Pertama, karena ia adalah muslimah mendiang, Abdessater Dahmane, seorang pejuang Al-Qaidah yang merelakan nyawanya untuk meledakkan bom di depan seorang pemimpinan Aliansi Utara, yang dikenal musuh utama Taliban tujuh tahun lalu. Kesalah kedua, Malika dalam suatu wawancara dengan stasiun televisi CNN secara terang-terangan menyatakan “cinta” nya kepada perjuangan Usamah Bin Ladin dan perjuangannya memerangi kaum kafir Barat. Satu hal yang hingga kini masih dianggap menakutkan Barat. [cha, berbagai sumber/www.hidayatullah.com]

Minggu, 14 Desember 2008

Polwan AS: Allah Telah Mengirim Islam ke Rumah Saya

Linda (Widad) Delgado, terlahir sebagai seorang Kristiani dan sejak usia 9 tahun sudah rajin membaca Alkitab. Namun itu tidak menjadikannya percaya begitu saja pada agama Kristen yang dianutnya, oleh sebab itu sampai usia 52 tahun, Linda terus terus melakukan pencarian untuk menemukan kebenaran sejati tentang Tuhan.

Selama puluhan tahun, Linda yang tidak pernah menjadi anggota jamaah salah satu gereja, mempelajari ajaran agama Katolik, Protestan, Mormon, Yehovah sampai agama Yahudi. Namun Linda masih belum bisa menerima ajaran-ajaran agama tersebut.

"Hati saya berkata bahwa Yesus bukan Tuhan tapi hanya seorang nabi. Hati kecil saya berkata, Adam dan Hawa bertanggung jawab atas dosa-dosa mereka sendiri, dan bukan saya. Hati kecil saya berkata, saya selayaknya berdoa pada Tuhan dan bukan pada yang lain. Akal saya mengatakan juga bahwa saya harus bertanggung jawab atas perbuatan baik dan perbuatan buruk yang saya lakukan," tutur Linda.

Linda yang bekerja sebagai polisi di Arizona, AS mengaku selama itu pula ia tidak pernah berkomunikasi dengan Muslim. Ia, seperti kebanyakan orang Barat, terlalu banyak membaca pemberitaan di media massa tentang agama Islam, yang disebut-sebut sebagai agama yang dianut para teroris fanatik.

"Itulah sebabnya, saya tidak pernah mencoba mencari buku-buku atau informasi tentang Islam. Saya tidak tahu apapun tentang agama ini," kata Linda.

Awal Perjalanan

Pada usia 52 tahun, Linda dan suaminya yang juga polisi, pensiun dari dinas kepolisian tepatnya pada tahun 2000. Saat itulah ia bertemu seorang penerbang yang minta tolong mencarikan rumah bagi sejumlah polisi asal Arab Saudi yang sedang berada di AS dalam rangka belajar bahasa Inggris dan tugas belajar di akademi kepolisian di Arizona. Para polisi Arab Saudi itu berharap bisa tinggal dengan keluarga Amerika agar mereka bisa mempraktekkan bahasa Inggris dan belajar tentang budaya masyarakat Amerika.

Saat itu, Linda dan suaminya tinggal tidak jauh dengan puteranya yang menjadi orang tua tunggal untuk seorang puterinya. Setelah berdiskusi dengan suaminya, Linda menyatakan bersedia membantu para polisi Arab Saudi itu. Saat itu ia berpikir, ini akan menjadi kesempatan untuk cucu perempuannya belajar tentang orang-orang dari negara lain. Tapi Linda mengaku agak khawatir saat diberitahu bahwa polisi-polisi Saudi itu beragama Islam.

Kemudian seorang penerjemah dari Universitas Arizona mengenalkan anak muda dan tidak bisa berbahasa Inggris. Namanya Abdul. Dialah polisi Saudi yang akan tinggal bersama keluarga Linda. Keluarga Linda cepat akrab dan menyukai Abdul karena perilaku Abdul yang santun.

"Abdul mengatakan, bahwa saya adalah non-Muslim pertama yang pernah diajarkannya tentang Islam," ujar Linda.

Setelah Abdul, kemudian datang Fahd. Usia Fahd lebih muda dan sangat pemalu. Selain menjadi tutor, Linda, Abdul dan Fahd berdiskusi tentang banyak hal, mulai dari pekerjaan sebagai polisi, tentang AS, tentang Arab Saudi dan tentang Islam. Linda mengamati bagaimana Abdul dan Fahd serta 16 anggota polisi Saudi lainnya yang sedang belajar di AS itu saling membantu satu sama lain. Dan Linda mengaku kagum pada Fahd dan Abdul yang sama sekali tidak terpengaruh dengan budaya Amerika meski mereka sudah satu tahun tinggal di AS.

"Mereka pergi ke masjid setiap hari Jumat, mereka tetap salat meski mereka sangat lelah dan mereka selalu hati-hati dengan apa yang mereka makan. Mereka menunjukkan pada saya bagaimana memasak beberapa masakan tradisional Arab Saudi, mengajak saya ke restoran dan pasar warga Arab. Mereka juga sangat baik pada cucu saya, memberikannya banyak hadiah, lelucon dan persahatan," ungkap Linda.

Suatu hari, Linda menanyakan pada mereka apakah punya al-Quran lebih, karena Linda ingin membaca apa sebenarnya isi al-Quran. Fahd dan Abdul lalu menghubungi kedutaan besar Saudi di Washington DC dan minta dikirimkan al-Quran dengan terjemahan bahasa Inggris agar bisa dibaca Linda. Setelah itu, Linda sering bertanya tentang Islam pada dua polisi muda Saudi itu.

Dalam satu kesempatan, salah seorang polisi Saudi meminta istrinya datang dan tinggal di AS. Linda diundang ke rumah mereka dan disana Linda banyak bertanya pada istri polisi tadi tentang busana muslim, wudhu dan banyak hal tentang Islam.

Seminggu sebelum "anak-anak angkat" Linda kembali ke Arab Saudi, ia mengadakan makan malam bersama seluruh keluarga. Linda sengaja membeli jilbab dan baju abaya untuk dikenakan saat malam itu. Linda ingin "anak-anak angkat"nya mengingatnya sebagai saudara perempuan yang mengenakan busana muslimah yang baik.

Sebelum mereka makan malam itu, Linda memutuskan untuk mengucapkan syahadat. Kedua polisi muda itu sangat terharu. Mereka menangis sekaligus tersenyum bahagia melihat Linda menjadi seorang Muslimah.

"Dalam hati saya percaya bahwa Allah telah mengirim kedua anak itu pada saya untuk menjawab doa-doa saya selama puluhan tahun. Saya percaya Dia telah memilih saya untuk melihat kebenaran dan cahaya Islam. Saya percaya Allah telah mengirimkan Islam ke rumah saya. Saya bersyukur Allah telah melimpahkan kasih sayang dan cintaNya pada saya," tutur Linda tentang keislamannya.

Menjadi Seorang Muslimah

Setelah "anak-anak angkat"nya kembali ke Saudi, Linda secara resmi mendaftarkan dirinya sebagai seorang Muslim dan bergabung dengan sebuah masjid lokal. Linda mengakui, keluarga besarnya masih terkaget-kaget dengan keputusannya memeluk Islam. Mereka berpikir Linda tidak akan lama menjadi seorang Muslim dan dengan cepat akan segera berpindah ke agama lain seperti yang ia lakukan saat masa mudanya dulu.

Beruntung suami Linda orang yang sangat terbuka. Ketika Linda mengatakan bahwa mulai sekarang mereka harus makan makanan halal dan meninggalkan makanan yang diharamkan Islam, suaminya hanya menjawab "okay". Linda juga mulai menyingkirkan foto-foto manusia dan gambar binatang yang dipajang di rumahnya. Linda tidak lupa menulis surat pada teman-teman dan keluarganya yang non-Muslim, mengabarkan bahwa sekarang ia menjadi seorang Muslim dan itu tidak akan mengubah hubungan mereka.

Sambil terus menjelaskan tentang rukun Islam pada keluarganya, Linda juga belajar salat dan membaca al-Quran, aktif dalam kegiatan Muslimah dan banyak menambah wawasan tentang Islam lewat internet. Lewat internet pula Linda bertemu dengan seorang Muslimah asal Kuwait yang mengiriminya paket berisi jilbab, kaos kaki dan abaya. Sahabatnya itu mengucapkan selamat atas keputusannya menjadi seorang Muslim.

Linda bukannya tidak menghadapi kesulitan beradaptasi dengan sesama Muslimah yang ia jumpai. Dari beberapa masjid yang ia kunjungi, Linda memahami bahwa kelompok-kelompok Muslim di sebuah masjid berkumpul biasanya karena persamaan budaya dan bahasa. Linda pernah merasa menjadi "orang asing" di tengah Muslim yang tidak terlalu mempedulikan kehadirannya. Namun Linda lebih banyak menemukan Muslim yang terbuka, hangat dan siap membantunya untuk belajar Islam.

Sampai sekarang, Linda masih terus belajar dan belajar. Ia kini mengelola situsnya www.widad-lld.com dan menjadi direktur untuk Islamic Writers Alliance. (ln/iol)